Tokoh: Drs. Nursisto
Nama : Drs. Nursisto
Tp/Tgl Lahir : Sleman , 3 April 1942
Agama : Islam
Alamat : Srontakan, Rt 01, Argomulyo, Sedayu, Bantul,Yk.
Pendidikan : S1, FPBS IKIP Negeri Yogyakarta tahun 1975
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Riwayat Pekerjaan : Tahun 1973 –1977 menjadi Kepala Sekolah SMA N Argomulyo (SMAN 1 Sedayu saat ini), 1977—2002 menjadi Kepala Sekolah SMA N 3 Yogyakarta, bersamaan dengan menjadi kepala sekolah itu mendapatkan tugas sampiran sebagai Instrktur Nasional di bidang penidikan.
Sebelum menjadi kepala sekolah pada kedua tempat di atas, Nursisto lebih dahulu
menjadi guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri Argomulyo tahun 1971 hingga 1979 dan kemudian diminta pindah tugas ke SMA N 1 Yogyakarata oleh kepala sekolahnya yang semula juga Kepala Sekolah SMA N Argomulyo, yakni dari tahun 1979 –1993 hingga mendapatkan tugas sebagai Kepala Sekolah, dan ditugaskan di SMA Negeri Argomulyo, di tempat pertama kali mengabdikan diri sebagai guru PNS.
Sedangkan sebagai instruktur nasional tugas yang diemban adalah memajukan sekolah secara bertahap, yaitu sejak tahapan Manajemen Peningkatan Mutu (MPM), lalu berkembang, meningkat menjadi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dan berikutnya menjadi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Langkah keinstrukturan itu dengan seleksi ketat. Nursisto yang pada waktu itu menjadi Kepala Sekolah SMA Negeri Argomulyo bersama 148 kepala sekolah terkirim dari perwakilan seluruh propinsi secara nasional terlebih dahulu mendapatkan Pelatihan Manajemen Penidikan bagi Kepala Sekolah SMU se-Indonesia di Malang dari tanggal 24 November s.d. 23 Desember 1966.
Bersyukur dalam pelatihan nasional itu Nursisto mendapatkan peringkat 6 dari pengambilan 20 besar yang kemudian ditindaklanjuti dengan pemilihan di Jakarta hingga terpilih tiga orang dan satu di antaranya Nursisto sebagai pelaksana tugas keinstrukturan dari pengarahan para pakar ahli yang umumnya bergelar Profesor dalam menyiapkan tahapan kemajuan pendikan nasional yang menjenjangi tiga tahapan tadi, (MPM—MBS). Pada tahapan MPM sekolah diajari membuat proposal. Jenjang MPMBS didorong setiap sekolah bisa memiliki keunggulannya masing-masing baik bersipat kompetitif maupun komparatif, yakni pada bidang yang berbeda-beda menurut potensi menonjol yang dimiliki sekolah. Sedang dalam MBS sekolah diberi kewenangan untuk memajukan sekolahnya, hingga saat itu bahkan muncul Sekolah Bertaraf Internasional yang akhirnya dihapus.
Sangat beruntung bertugas selaku instruktur nasional. Dengan banyak berkunjung ke wilayah, di aneka corak karakteristik bangsa di tanah air, sehingga dapat melihat beragam kesenjangan dan ketimpangan yang terjadi di banyak wilayah tanah air. Beruntung, sebelum menjelajahi wilayah tanah air selaku petugas diri kami sudah sangat banyak dibekali persiapan sehingga mudah mengarahkan untuk menghadapi kondisi sekolah macam apa pun. Terlebih sebelumnya telah mendapatkan penguatan baik yang berupa penambahan dan keluasdalaman perihal yang bakal dihadapi di lapangan, terlebih juga ada tambah ilmu dan pengalaman serta studi banding ke Australia, Filipina, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang.
Setelah purna tugas, selaku pensiunan di tahun 2002 Nusisto dikirim oleh Primagama Yogyakarta untuk memajukan sekolah-sekolah di lingkungan Pertamina. Waktu itu sekolah-sekolah di bawah naungan Pertamina ingin dilepas agar dapat mandiri tanpa bantuan nominal keuangannya. Cara yang ditempuh, di semua wilayah Pertamina yang memiliki binaan sekolah didatangkan petugas yang berperan menjadikan sekolah mandiri dan laku jaul. Dalam arti, sekolah dibina selama tiga tahun, selanjutnya mati hidup sekolah tergantung banyak murid. Alhamdulilah selama tiga tahun di Pertamina Dumai sekolah maju pesat, bahkan bersamaan tugas di lingkungan Pertamina itu juga ditunjuk sekaligus menjadi Konsultan Dinas Pendidikan Kotamadya Dumai serta menjadi Ketua Tim Akreditasi SMP dan SMA se-Kota Dumai serta menatar SMP dan SMA sekolah negeri dan swasta sekaligus.
Tiga tahun menekuni Kota Dumai, tanpa diduga-duga pihak Pertamina Palembang meminta diri Nursisto untuk melakukan hal yang sama. Alurnya, di pertengahan tahun 2004 datang tim utusan dari Palembang. Melihat perkembangan yang cukup signifikan di Dumai, akhirnya meminang Nursisto untuk tiga tahun juga membina SD tiga sekolah, SMP dua sekolah, SMA dua sekolah, dan masing- masing satu sekolah MTs dan MA yang semula hanya tiga tahun itu terus diperpanjang sehingga melantur hingga 12 tahun. Seharusnya selesai tahun 2007, Nursisto baru di tahun 2017 tiba-tiba dijemput anak sulung yang datang ke Palembang dan meminta ayahnya pulang karena sudah tua.
Selain bertugas selaku instruktur, konsultan penidikan, maupun kepala sekolah Nursisto juga cukup produktif menghasilkan banyak karya berupa buku pelajaran, bahan penataran, buku keagamaan, pengembangan kreativitas, dan sastra. Dalam bentuk buku lebih 48 judul versi berbagai jenis buku seperti dikemukakan di depan, lewat 15 penerbit antara lain : Balai Pustaka, Angkasa, Dwi Utama Saji, Tiga Serangkai, Intan Pariwara, Insan Cendekia, Ghalia Indonsia, Adicita Karya Nusa, Mitra Gama Widya, Kota Kembang, Depdikbud Pusat, Godam Gema Grafika, Balai Bahasa Yogyakarta, CV Visca Sari. Dalam bentuk harian Nursisto menghasilkan lebih 300 artikel yang terbit antara tahun 1981 –2020 melalui penerbit Kedaulatan Rakyat,Bernas, Suara Karya, Republika, Merapi, Sumatera Ekspres. Satu karya ilmiah populernya yang semula dimuat harian Kedaultan Rakyat dijadikan contoh secara nasional, tercantum dalam buku Pedoman Penyusunan Karya Tuliis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru halaman 36 yang berjudul “Penerimaan Siswa Baru Elastis Plus Tenggang Rasa” yang membuka jalan Nursisto dapat naik ke golongan 4b, yang waktu itu baru ada satu setengah orang, andaikan dirata-ratakan per propinsi bagi orang yang bisa naik ke golongan itu dari 4a.
Dalam tugas lain Nursisto juga menjadi staf redaksi untuk penerbitan majalah “Gerbang”(Depdikbud Jakarta), “Warta Guru”( Depdikbud DIY), dan “Bahastra” (FPBS UAD Yogyakarta), serta menjadi penuntun penulisan Karya Ilmiah Populer oleh pengurus PGRI Yogyakarta. .
Pengalaman lain Nursisto berhasil mengangkat SMA Negeri Argomulya sebagai penyaji terbanyak kedua , yakni dengan 11 kali tampil pada acara drama remaja TVRI untuk wilayah Yogya dan Jateng dan atas nama Heruwati menjadi pelaku wanita pemeran ibu terbaik waktu itu. Adapun yang sangat spektakuler justru ketika Nursisto dengan naskah “Upacara” bisa mengangkat UAD menjadi juara pertama dalam lomba teater Kopertis V DIY dengan 48 peserta.
Di bidang seni lain yang digelutinya, juga menjadi pimpinan Orkes Keroncong “Tunas Melati “ yang masuk kelompok orkes Kelas Satu bagi RRI Yogyakarta dan telah siaran TVRI hingga enam kali.
Dalam era pengembangan budaya Jawa sebagai kegiatan sastra terkait dana Keistimewaan DIY yang melakukan lomba penulisan novel berbahasa Jawa, tiga tahun berturutan sejak tahun 2017, Nursisto berhasil mencatatkan sebagai peserta yang tergolong karya nomine yaitu masuk kelompok 20 besar di antara rata-rata pesertanya yang berkisar 65 oang. Satu di antaranya yang berjudul “Dredah Bekakak Gamping” sudah terbit dan dipiih oleh mahasiswa Jurusan Bahasa Jawa di UNS Solo sebagai bahan skripsi. Karya tunggal lain yang sudah terbit adalahh “Ingapuran,” yang berupa antologi cerkak 27 karangan.
Di akhir bagian profil ini akhirnya Nursisto berbicara tentang SMA tercinta ini sepanjang perjalannya yang diri Nursisto yang dulunya selaku guru, kepala sekolah, maupun selaku warga masyarakat, yang merasa lekat ikut merasakan suka dukanya, sedari masih bernama SMA N Argomulyo hingga SMA N 1 Sedayu ini.
Secara garis besar dan dalam pengakuan masyarakat luas ada catatan sejarah bahwa sekolah ini punya andil besar bagi masyarakat didik di Yogyakarta. Pada era SMA N Argomulyo tercatat menjadi sekolah paling besar di DIY , yakni dengan 22 kelas. Pada waktu secara umum penambahan kelas masih terasa sulit dan berbeda halnya bagi Argomulyo,Sedayu ini. Kebetulan Argomulyo, Bantul dengan ketokohan almarhum Bapak R. Notosuwito sebagai lurah desa bersama pengusaha nasional almarhum Bapak H. Probosutejo adalah duet adik dan kakak yang kompak, sehingga si adik yang menjadi lurah mudah meluaskan tanah untuk menambah kelas dan Sang Kakak yang mudah menyumbangkan dana untuk membangun pergedungan enteng menyumbang. Masyarakat luas beruntung. Dengan daya tampung besar siswa berdatangan dari berbagai penjuru wilayah.
Era SMA Argomulyo dalam kondisi kehidupan remaja pada umumnya dan siswa khususnya belum tereliminasi dengan budaya milenial yang antara lain akrab dengan gawai yang diakui baik manfaatnya maupun ekses limbahnya yang terkesan siswa dahulu lebih mudah diatur daripada anak sekarang. Dalam keadaannya yang demikiian keberlangsungan sekolah berjalan normal dan dalam hal prestasi secara umum cukup memenuhi harapan masyarakat. Bahkan alumninya ada dan banyak yang menjadi orang sukses di antaranya yang menjadi ketua Basarnas atas nama Bambang Sulistyono.
Di era SMA Negeri 1 Sedayu keberadaannya menjadi jauh lebih maju. Selain para guru dan kepala sekolah umumnya berpendidikan lebih tinggi dibandingkan era SMA N Argomulyo, fasillitas apa saja terlihat lebih lengkap dan tergolong memadai untuk tidak mengatakan mentereng, sebab faktanya sangat berbeda.
Dengan sangat berkembangnya itu terasakan bahwa kedua eranya jadi malah saling mengangkat. Dari tilik pandang SMA N Argomulyo melihat sekolah di masa sekarang akan mendaku sebagai sekolah yang sejak dulu maju. Dari kaca pandang SMA N 1 Sedayu yang mengenang SMA era sebelumnya merasa bahwa banyak kemajuan dapat dikembangkan. Banyak faktor melatarbelakangi. Di antaranya kemajuan teknologi secara umum yang sudah merata sedari ilmu dan perangkat yang sangat canggih tersedia dan dimiliki oleh sekolah.
Dalam keberadaannya yang sedemikian selayaknya kalau masyarakat memberikan kepercayaan dengan memilih SMA N 1 Sedayu sebagai pilihan tempat belajar para putra dan putrinya. Terlebih di saat ini yang segenap perangkat insan sekolah telah mudah mengakses berbagai sumber kemajuan berkat terbukanya peluang untuk maju, dapat diyakini SMA N 1 Sedayu akan semakin maju dan berkembang.Teristimewa dengan fasilitas fisik pergedungan yang tergolong sangat memadai, indah dan megah, semangat dan daya juang segenap warga sekolah meliputi seluruh stakeholdernya akan terangasang untuk lebih total mengabdikan diri melalui bidang tugasnya masing-masing. Alangkah bahagia kita bila anak didik kita kelak menjadi orang-orang sukses yang mengenang cucur keringat kinerja kita. Dengan semboyan bahwa bertugas, bekerja adalah sebagai pengabdian sekaligus mengamalkan ibadah riil dari tilik pandang agama masing-masing, dan berpahala buat kehidupan hari “esok” akan terasa enteng untuk lebih tekun dalam berbakti kepada sekolah buat keberuntungan hari depan anak bangsa. Syaratnya 3 K. Yaitu Kedisiplinan, Kebersamaan, dan Kerja keras. Itu bekal pengembaraan diri Nursisto menyerambah bidang pendidikan, seni budaya, dan kemasyarakatan umum yang terasa cocok untuk diterapkan di semua aspek kehidupan kapan saja dan di mana pun. Semoga!