Berita Perpustakaan

Tokoh:H.M. Soeharto

Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto, lahir di Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun) adalah Presiden kedua Indonesia yang menjabat dari tahun 1967 sampai 1998, menggantikan Soekarno. Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer “The Smiling General (Sang Jenderal yang Tersenyum)” karena raut mukanya yang senantiasa tersenyum dan menunjukkan keramahan.

Selama 32 tahun pemerintahannya Soeharto meletakkan pondasi pembangunan di Indonesia melalui Repelita. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Dalam era ini masyarakat mendapati harga bahan-bahan pokok yang terjangkau dan situasi keamanan dan ketertiban yang terjaga, juga tercapainya Swasembada Beras. Hal ini ditandai dengan medali From Rice Importer To Self Sufficiency dari Food and Agriculture Organization (FAO) pada 1984 yang diterima Presiden Soeharto.

Sejak awal pemerintahannya, Presiden Soeharto menjadikan pembangunan bidang pendidikan sebagai hal yang wajib dan bersungguh-sungguh. Pada tahun 1973 Presiden Soeharto mengeluarkan INPRES No. 10/1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD. Tujuannya adalah untuk memperluas kesempatan belajar, terutama di pedesaan dan di perkotaan yang pendudunya berpenghasilan rendah.

Pada tahun-tahun awal pelaksanaan program SD Inpres, hampir setiap tahun ribuan hingga puluhan ribu gedung sekolah dibangun. Sebelum program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) dilaksanakan, jumlah gedung SD pada tahun 1968 sebanyak 60.023 unit dan gedung SMP sebanyak 5.897 unit. Pada awal Pelita VI, jumlah itu meningkat menjadi sekitar 150.000 gedung SD dan 20.000 gedung SMP.

Sebagai anak desa Pak Harto berkomitmen untuk menjadikan pemuda-pemuda di pedesaan dan masyarakat kurang mampu berkesempatan untuk menikmati pendidikan dan berkesempatan untuk ikut serta dalam membangun negara Indonesia yang sangat dicintainya.

Komitmen Pak Harto ini juga menjadi komitmen keluarga besar mantan Presiden Indonesia ke dua ini untuk memajukan pendidikan ditanah kelahirannya seperti yang dilakukan juga oleh Bapak Probosutedjo dan Bapak Raden Notosuwito.

Peningkatan jumlah SD diikuti pula oleh penambahan jumlah guru. Jumlah guru SD yang sebelumnya berada pada angka ratusan ribu, pada awal tahun 1994 menjadi lebih dari satu juta. lonjakan tersebut juga terjadi pada guru tingkat SMP. total dana yang terserap dari kebijakkan ini mencapai 6,5 triliun rupiah.

Site Statistics
  • Today's visitors: 1
  • Today's page views: : 1
  • Total visitors : 1,751
  • Total page views: 2,489